Rabu, 15 Juni 2011

INFO ROHANI

Ulasan Lagu: Heart of Worship

Info
Review lagu oleh Daniel Gordon Ang
Dengar lagunya di sini:

“The Heart of Worship” adalah sebuah lagu terkenal yang dinyanyikan oleh banyak gereja di seluruh dunia. Namun, saya punya kesan pertama yang cukup ironis terhadap lagu itu—bayangkan saja, lagu lain apa yang memulai liriknya dengan mengatakan “when the music fades/saat musiknya berhenti”?
Penulis sekaligus penyanyinya, Matt Redman, menjelaskan bahwa lagu ini berawal dari suatu masa di gerejanya ketika terasa tidak ada lagi kerinduan untuk bertemu dengan Allah dan membawa kepada-Nya persembahan berupa pujian pada kebaktian di hari Minggu. Kemudian gereja itu memutuskan untuk memperpendek waktu puji-pujian dan membuat jemaat untuk duduk diam beberapa waktu lamanya. Inilah yang dimaksud pada baris kedua lagu ini (“All is stripped away/kala segalanya dilepaskan”). Apa yang terjadi kemudian adalah orang-orang mulai berdoa dan menaikkan pujian mereka secara spontan. Alhasil, Redman merasa bahwa makna utama dari penyembahan (the heart of worship) telah kembali dialami oleh gerejanya. Jemaat tidak hanya datang dalam ibadah bersama demi mendapatkan faedah dari kebaktian itu, melainkan datang dengan membawa sesuatu kepada Allah dalam penyembahan mereka.
Bagaimana dengan kita? Berapa kali kita sudah mengikuti suatu ibadah dan dengan tidak sadar berharap mendapatkan sesuatu dari kebaktian itu? Ketika pernah aku tinggal di asrama, aku sering merasa rindu untuk beribadah dalam persekutuan siswa yang diadakan setiap hari Rabu. Namun pada waktu itu, sebenarnya aku rindu pada efek terapis yang kurasakan dari kebersamaan di bawah sinar rembulan dan menyanyikan bersama lagu-lagu yang catchy, lebih daripada kerinduan untuk menyembah Allah.
Sebenarnya tidak salah kalau kita menikmati kebersamaan dengan saudara-saudara seiman, atau bahkan menikmati suasana dan musik yang dialami pada saat kebaktian sedang berlangsung. Namun, ketika hal itu menjadi satu-satunya yang kita rindukan dari waktu ibadah bersama, maka kita berada dalam bahaya yaitu kehilangan makna utama dari suatu penyembahan.
Roma 12:1 berkata, “persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Pertama-tama, kita rindu untuk mempersembahkan persembahan yang hidup kepada Allah. Karena itu, ibadah Kristen merupakan suatu perhatian yang secara sadar dan sengaja diarahkan kepada Allah. Penyembahan kita haruslah menyatakan “all about You, Jesus, all about You/segalanya untuk-Mu, Yesus, segalanya untuk-Mu.”
Yang kedua, kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup. Seluruh diri kita—pikiran dan hati, tangan dan kaki—terlibat dalam ibadah. Kita menyembah dalam roh dan dalam kebenaran. Kita bertepuk tangan, menggerakkan kepala, bahkan meloncat-loncat dalam suatu kebaktian, karena kita secara sadar memilih untuk menyembah Allah dengan melakukan semua itu.
Seperti yang Matt Redman katakan, spontanitas dan ibadah yang dinamis memang hal yang penting. Namun, semua itu harus selalu diimbangi oleh suatu sikap mawas diri dengan melihat apakah spontanitas itu lebih dimotivasi untuk kesenangan kita sendiri atau untuk kemuliaan Allah. Dengan mengikuti prinsip ini, ibadah tidak hanya menjadi suatu waktu khusus yang kita kesampingkan setiap minggu untuk memuji dan menyembah Allah, melainkan juga suatu persembahan rohani yang terus-menerus melibatkan seluruh diri kita, setiap saat, 24 jam sehari, 7 hari seminggu.

AKHIRNYA"

by Pdt Marietta Simanjuntak on Tuesday, June 14, 2011 at 9:52pm
Butuh waktu bertahun-tahun,
Butuh banyak tekungan lutut,
Bahkan...entah berapa banyak airmata...
Sampai akhirnya aku tahu...
Hatimu padaku.

Menggoreskan banyak kisah,
Mengurai banyak kata,
Mencipta banyak episode...
Hingga...akhirnya aku tahu...
Kalau...hatiku tak pernah salah...memilihmu.

Melewati banyak jalan,
Mengunjungi banyak tempat,
Meninggalkan juga...ribuan kenangan...
Akhirnya...aku tahu...
Tujuan hatiku adalah kau...
Tempatku adalah di hatimu...
Dan...kisahku denganmu...bukanlah angan pun kenangan...
Tapi kenyataan.

Seperti bermimpi ketika mengeja kata demi kata tentang hatimu,
Berulangkali....lagi...& lagi...
Hingga...hatiku menemukan “tujuannya”
Yang ku yakini....ku pegang....dan ku simpan diam-diam selama tahunan berlalu...
Tiap rangkaian huruf & kata itu adalah jawabannya...
Bukti....
Bahwa...”cinta tak pernah salah”

*Rasanya...tak sabar...untuk melihat langsung ke dalam matamu...
Tempat ...di mana hatimu tergambar dengan jelas,
Juga...mendengar tiap tuturmu....dalam tekungan lutut padaNya...
Tempat...di mana kesejatian hatimu...teruji...*

Melihat & mendengar...hatimu...
Membuatku paham...
Betapa...”cinta selalu menemukan jalannya”
Jalan kebenaran & kesejatiannya...
*TAK PEDULI BAHKAN...DENGAN KERASNYA HATI,
JUGA...TERBATASNYA DIRI...*
Cinta...lagi & lagi membuktikan kekuatannya...
Tak hanya menghancurkan tapi juga menghidupkan...
Hal-hal yang sudah mati dalam diri.

Akhirnya...
Kini...bukanlah “akhir” dari kisah...
Tetapi....awal dari cerita cinta...
Cinta...yang adalah “anugerah”
Yang...tak pernah berhenti melingkupi diri...
Yang menjadi andalan diri...
Hingga...kini aku bisa berkata...”akhirnya”
Untuk...impian...penantian...bahkan kemustahilan...
*SEBAB...”CINTA ITU KENYATAAN...BUKAN KEMUSTAHILAN”

Hmm...trimakasih...
Untuk tiap kesejatian yang tak pernah ku tahu kau taburkan di setiap langkahku,
Untuk tiap ketulusan yang tak pernah berkesudahan...& tak pernah ku tahu...
Kau semaikan dalam tiap uluran tanganmu...
Kesejatian & ketulusan....dari cinta...
Yang berasal dari hati...
Bukan rasa yang dangkal...
Tapi hati ...yang dibentuk & ditata olehNya...
Hati...yang kutahu...telah membuatmu menjadi berbeda dari tiap orang yang kutemui...
*Trimakasih....
Untuk...”hatimu pada hatiku”

Kini....melangkah bersamamu....bukan lagi impian...
Pun...cerita dalam dunia yang kuciptakan sendiri...
Kini...mengenggam tanganmu....bukan lagi asa...
Pun...bahasa tubuh tanpa akhir...
Sebab...di tiap langkahku...kau ada...
Menggenggam erat tanganku...
Dan...bersama....”mengejar hatiNya”
Karena....”kita”....sama-sama sehati...
Tuk menyalibkan keinginan daging...
Di anugrah cinta yang kita terima...
Agar...hanya...”jalur berkatlah” yang kita terima...
Juga kita taburkan...
Di sepanjang...ziarah rohani...cinta kita.

Trimakasih...

^tergores karena sebuah impian yang menjadi nyata^
UntukMU...di dalam “dia”...

Cemangat & Uhuy:-)
Mekkelmahita,
BNKP Hollis-House Of Grace
Senin, 13 Juni 2011 jam.17.45 wib